Panggilan Telepon
Dering telepon lagu “Imagination” yang dinyanyikan oleh Shawn Mendes berbunyi berkali-kali di penjuru kamar gadis yang masih bergelut dengan selimutnya.
In my dreams you’re with me
We’ll be everything I want us —
Gadis itu terusik dan mengambil handphone-nya yang diletakkan diatas nakas. “Siapa sih pagi buta telepon gue? Awas aja kalo Mela,” gerutunya kesal sembari menjawab panggilan teleponnya tanpa melihat siapa yang telepon.
“Halo Ann?” sapa seseorang di seberang sana.
“Ann siapa? Salah sambung ya ini?” tanyanya masih dengan mata tertutup.
“Hahaha, Ann. Lucu banget lo.”
“Apasih? Ini siapa anjir? Udah manggil gue Ann terus ngetawain lagi huh!” kesalnya masih belum membuka matanya.
“Ann coba lo buka mata lo dulu, terus liat siapa yang telepon lo sekarang haha,” tawanya masih terdengar di seberang telepon.
“Emang lo siapa sih? LOH KOK LO SUARANYA COWOK?!” Zea terkejut dan membuka selimutnya ingin bangun dari tempat tidur.
BRUKK!
“Aduh… sakit anjir kepala gue. Ini kayunya keras banget,” desisnya pelan karena tidak hati-hati kepalanya terbentur kepala ranjang.
“Ann? Itu suara apa? Lo enggak kenapa-napa kan?” tanya seseorang di seberang telepon panik.
“Ann lo kok enggak jawab? Gua samperin ke rumah lo ya?” ucapnya lagi sembari beranjak dari ranjang memakai jaketnya.
“Enggak! Enggak usah Icoo. Gue udah enggak apa-apa, enggak usah kesini!” balasnya panik mendengar temannya akan ke rumahnya jam segini. Gara-gara kepalanya terbentur Zea langsung sadar jika yang meneleponnya dari tadi itu Rico.
“Lo beneran enggak apa-apa?” tanyanya lagi dengan raut khawatir.
“Enggak apa-apa, kepala gue cuma kebentur doang tadi,” jelasnya meringis masih memegang kepalanya.
“Gara-gara gua telepon yaa? Maaf yaa?” tanyanya merasa bersalah.
“Hmm enggak kok, tadi karena gue enggak hati-hati bangunnya jadi kebentur,” elaknya. Takut jika Rico nanti merasa bersalah.
Rico menghela napas dan berkata, “Iyaa, tapi gua tetap mau minta maaf. Pasti tadi lo kaget karena gua telepon jam segini. Gua cuma mau bangunin lo sesuai kata gua semalam. Semalam kan lo mau baca jurnal enggak gue bolehin, jadi gua bangunin subuh. Maaf ya kalo lo kaget.” Zea terkejut, lalu tersenyum tipis mendengar ucapan Rico. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Baru kali ini ada laki-laki yang perhatian dengannya kecuali keluarganya. Mengingat saat dia dekat dengan laki-laki, tidak pernah sekalipun diperlakukan seperti ini. Jadi wajar jika dia terkejut dengan perlakuan Rico terhadap dirinya.
“Ann? Kok diem aja? Lo enggak maafin gua yaa? Gua ke rumah lo aja ya sekarang? Minta maaf langsung,” ujarnya panik.
“Hahaha, Icoo. Enggak usah kesini. Dibilangin juga gue enggak apa-apa. Gue diem karena kaget aja. Makasih yaa, karena udah bangunin gue,” jelasnya sambil tertawa kecil.
Rico menghela napas lega. “Syukurlah kalo lo enggak apa-apa, tapi izinin gua anterin lo nanti ke kampus ya? Sebagai permintaan maaf, ini bukan karena gua modus atau apa tapi pure emang gua mau minta maaf aja sama lo, tapi kalo emang lo enggak mau gua antar enggak usah enggak apa-apa,”
Zea tertawa kecil dan menjawab, “Jadinya ini mau ngantar gue apa enggak? Hahaha.”
“MAU!” jawabnya semangat.
“Eh? Anjir ni mulut enggak bisa diajak kerjasama,” gumamnya menepuk bibirnya pelan.
“Hahaha, iya boleh antar gue nanti ke kampus sekalian pulangnya beli es krim, kan semalam lo udah janji,” katanya mengingatkan janjinya semalam.
“Siap! Pulang dari kampus kita beli es krim vanilla 3. Betul apa betul, lady?” tanyanya semangat dengan tertawa kecil.
Zea mengangguk semangat dan menjawab, “Betul, Capt!”
Mereka tertawa bersama. Sampai suara seseorang menghentikan tawa keduanya.
“JERICO! Lo kalo telepon sama cewek lo nanti agak siangan anjing. Gua baru tidur setengah jam!” teriak seseorang dari kamar sebelah.
“Bacot! Tidur aja sana lo ganggu aja,” sahutnya kesal.
“Hahaha, kalian lucu banget,” bisik Zea pelan. Takut kalo Tara menegurnya lagi.
“Kenapa bisik-bisik?” tanyanya ikut berbisik.
“Takut abang lo bangun karena kita berisik,” bisiknya lagi.
“Biarin aja lagi sensi dia. Pasti habis ketahuan selingkuh. Gua jemput jam 8 ya nanti, biar bisa sarapan dulu. Lo kelas jam 9 kan?” tanya Rico memastikan.
“Loh kok lo tau jadwal gue?” balasnya kaget.
Rico terkekeh kecil dan menjawab, “Taulah! Gua gitu loh.”
Zea mendelik malas. “Idih malesin banget jawabannya,” sungutnya kesal.
“Hahaha. Udah sana katanya lo mau baca jurnal. Betah banget ya teleponan sama gua?” godanya pada Zea.
“Orang gila!” katanya memutuskan panggilan sepihak. “Jerico gila Kaisar,” gerutunya kesal.
“Haha, pasti lagi salting. Apasih yang enggak gua tau tentang lo Ann?” kata Rico diseberang sana.
Februari, 2023.
Written by rapunazelle.